MENUJU ERA PENGAWASAN 4.0
OLEH JUNIUS SIMBOLON
Auditor Muda,
Inspektorat III
Pendahuluan
Pandemi COVID19 merupakan suatu disruption
(gangguan/perubahan) atau suatu kejadian risiko
yang harus dimitigasi untuk mengurangi dampaknya terhadap pencapaian
tujuan organisasi. Salah satu mitigasi yang dilaksanakan oleh Itjen KESDM agar
tetap mempertahankan layanan assurance and consulting melalui Pengawasan
secara jarak jauh. Sesuai Hal ini juga mendukung upaya Itjen KESDM menuju era
pengawasan 2.0 yang penugasan pengawasannya dilaksanakan dengan bantuan
Komputer atau menggunakan Teknologi Informasi (Meskipun belum melaksanakan IT
Audit dan Software untuk Audit).
Perkembangan Revolusi Industri yang menjadi patokan
untuk era pengawasan adalah sebagai berikut:
Perkembangan Era Pengawasan adalah sebagai berikut:
Bagaimana dengan Pengawasan Internal yang dilaksanakan
oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)?
Apakah kita masih bergantung sepenuhnya pada Pengawasan Manual, dengan
peralatan Hardcopy saja? Apa yang harus kita laksanakan agar kita segera
menuju Era Pengawasan 2.0 bahkan bisa mencapai era 3.0?
ISI
Inspektorat Jenderal KESDM telah mulai berbenah.
Apalagi “dipaksa”dengan keadaan Pandemi COVID19 dengan arahan “Working From
Home” maka mau tidak mau, Auditor Internal melaksanakan penugasan
pengawasan Internal menggunakan Softcopy dan mulai memanfaatkan Informasi
Teknologi (IT Audit) dengan perlengkapan minimal dengan Microsoft Office (Word,
Excel, dan Powerpoint), meskipun belum optimal dibantu dengan Sofware CAAT
(Computer-Assisted Audit Technique atau Computer-Assisted Audit Tools) atau
Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK).
TABK merupakan alat yang membantu Auditor dalam
mencapai tujuan pemeriksaan yang mengacu pada prosedur pemeriksaan (audit) yang
mengkhusukan untuk pengujian Data dan Perangkat Lunak. TABK secara sederhana adalah penggunaan komputer dalam
kegiatan audit yang berguna untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data berbentuk
elektronik untuk menjadi bukti audit. Untuk dapat memperoleh dan mengevaluasi
data dalam bentuk elektronik, seorang auditor harus mengetahui teknik-teknik
untuk mengakses dan menganalisa data elektronik yang disebut dengan Teknik
Audit Berbantuan Komputer. Pada waktu merencanakan audit, auditor harus
mempertimbangkan suatu kombinasi antara teknik Audit secara manual dan TABK. Dalam
menentukan apakah Audit perlu menggunakan TABK, dengan mempertimbangkan
beberapa faktor:
·
Pengetahuan,
keahlian, dan pengalaman komputer yang dimiliki oleh Auditor (SDM);
·
Tersedianya
proses bisnis entitas auditi berbasis elektronik;
·
Ketidakpraktisan
apabila dilakukan pengujian manual;
·
Efektivitas
anggaran dan efisiensi waktu;
·
Kendala
pelaksanaan (seperti Keterbatasan informasi yang didapat dari Auditi atas
proses bisnis secara elektronik yang dimiliki entitas, Keterbatasan waktu audit,
Tidak dilakukan review teknis berjenjang atas pelaksanaan TABK dikarenakan
keterbatasan waktu dan Auditor yang kompeten)
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dengan TABK,
antara lain:
1) Audit sampling, komputer berperan dalam menghitung
parameter sample, memilih sample dan menilai hasil sample.
2) Simulasi, komputer digunakan dalam menilai software
yang dimiliki oleh klien.
3) Pengumpulan data yang akan diuji
4) Penelaahan analisis
5) Penyusunan kertas kerja pemeriksaan
6) Kalkulasi, pembandingan, dan manipulasi data.
7) Kalkulasi telaah analisis
8) Informasi proyek seperti anggaran dan pemonitoran
waktu.
9) Korespondensi audit standar
10) Pemeriksaaan kelengkapan data, konsistensi, alokasi
dan ketepatan.
11) Pemeriksaan rumus proses bisnis
12) Membandingkan integritas data
13) Ikhtisar, sort, merge, split, ratio untuk analisis
data
14) Membandingkan data antar berbagai prosedur audit yang
dilakukan.
Alat bantu (software) yang penulis ketahui, yang umum
digunakan untuk TABK, antara lain:
1) Generalized Audit Software (ACL, IDEA, SAS, SESAM,
Arbutus Analyzer)
2) Spreadsheet Application (MS.Excell, Lotus-123,
Quatro-Pro, OpenOffice)
3) Database Management System (MS.Access, Visual FoxPro,
Lotus Approach, SQL, Oracle)
4) Query and Reporting Application (MS.Query, Crisytal
Report)
Efektivitas dan efisiensi prosedur audit dapat
ditingkatkan melalui penggunaan TABK dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti
audit, contohnya antara lain:
1) Beberapa transaksi dapat diuji lebih efektif untuk
tingkat biaya yang sama dengan menggunakan komputer untuk memeriksa semua atau
lebih banyak transaksi dibandingkan dengan jika dilaksanakan secara manual;
2) Dalam penerapan prosedur analitik, transaksi atau
saldo akun dapat direview dan dicetak laporannya untuk pos-pos yang tidak biasa
dengan cara yang lebih efisien dengan menggunakan komputer bila dibandingkan
dengan cara manual;
3) Penggunaan TABK dapat membuat prosedur pengujian
substantif tambahan lebih efisien daripada jika auditor meletakkan kepercayaan
atas pengendalian dan pengujian pengendalian yang bersangkutan
Inspektorat Jenderal KESDM masih dalam berada pada era
1.0 dengan pendekatan pengawasan secara manual. Inspektorat Jenderal KESDM
masih dalam progress menuju era 2.0 dengan melakukan beberapa upaya sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Kompetensi Auditor Internal dalam Bidang
Teknologi Informasi khususnya sertifikasi CISA (Certified Information Systems
Auditor yang disponsori oleh ISACA). Rekomendasi Penulis agar minimal ada 1
orang CISA setiap Inspektorat sehingga Itjen KESDM dapat memiliki 5 orang
Auditor Internal dengan sertifikasi CISA;
2. Melaksanakan IT Audit (Pengawasan atas Teknologi
Informasi Organisasi) jika kompetensi Auditor Internal telah memadai, dengan
project pilot Audit Clearance TI di Pusdatin ESDM, dengan focus aplikasi adalah
eproc, nadine, sipeg dan e-pengawasan.
3. Menyusun dan mengimplementasikan Pedoman atau Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) atau Petunjuk Teknis (Juknis) untuk Penggunaan aplikasi
e-pengawasan dalam Pengawasan Intern Itjen KESDM. Hal ini akan menjadi
mandatory bagi Auditor Internal Itjen KESDM untuk:
·
Menyusun
Map Kuning (Kendali Mutu Perencanaan) didalam e-pengawasan berupa Format Surat
Perintah, Anggaran Waktu, Pakta Integritas, Kartu penugasan, dll) sehingga
tidak perlu dicetak dan ditandatangani secara elektronik;
·
Merencanakan
dan melaksanakan program kerja pengawasan didalam e-pengawasan,
·
Menyusun
dan Mengarsipkan kerts kerja pengawasan didalam e-pengawasan
·
Mengarsipkan
data dukung auditi didalam epengawasan,
·
Melakukan
supervise berjenjang didalam epengawasan,
·
Menyusun
Map Hijau (Kendali Mutu Pelaporan) didalam e-pengawasan berupa Format Laporan
Hasil Pengawasan dan Surat Pengantar Hasil Pengawasan, Supervisi Laporan, dll)
sehingga tidak perlu dicetak dan ditandatangani secara elektronik;
4. Melaksanakan Pengembangan aplikasi e-pengawasan. Hal
ini yang menjadi poin terpenting dalam Pengawasan era 2.0 bahkan bisa membangun
era 3.0 untuk Itjen KESDM. Pengembangan aplikasi e-pengawasan ini dapat
dilakukan dengan beberapa upaya fitur tambahan, diantaranya adalah:
·
Meningkatkan
Storage nya sehingga auditi dan auditor dapat menyimpan data yang besar
sehingga menjadi Big Data KESDM dan Auditor dapat melaksanakan data analytic
sebagaimana dimaksud dalam pengawasan era 3.0;
·
Menambahkan
Fitur Risk Management KESDM dimana Auditi dan Auditor dapat menyusun risk
register, dan memantau serta memutakhirkan pengendalian dan risiko yang telah
dimitigasi;
·
Menambahkan
Fitur/software Database Management System/Data Analytical kedalam aplikasi
e-pengawasan
KESIMPULAN
Inspektorat Jenderal KESDM perlu segera berbenah diri
dan meningkatkan pengawasan yang semula manual (era 1.0) menjadi pengawasan
yang menggunakan Teknologi Informasi dan Pengawasan dengan Bantuan Komputer
(era 2.0) dan berupaya membangun Big data analytical dengan didukung dengan
Kompetensi Auditor Internal yang memadai, Teknologi Informasi yang memadai dan
Alokasi Anggaran Yang memadai . Kompetensi Auditor dapat dilaksanakan melalui
sertifikasi CISA dan Pendidikan dan pelatihan Audit Berbantuan Komputer.
Penggunaan Teknologi Informasi juga diperlukan untuk merevolusi pengawasan
intern melalui pengembangan e-pengawasan, pembangunan system manajemen audit,
dan/atau software audit lainnya sesuai kebutuhan organisasi. Hal terpenting
lainnya adalah perlunya alokasi anggaran yang memadai untuk meningkatkan
kompetensi auditor, dan mengembangkan teknologi informasi yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pengawasan intern.
DAFTAR PUSTAKA
Paparan Narasumber dalam Webinar Pusdiklatwas BPKP
tanggal 13 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar